BAB 4 SIFAT MUSTAHIL ALLAH
A. Menyebutkan Sifat Mustahil Allah
Sifat mustahil Allah adalah sifat yang tidak mungkin dimiliki Allah. Sifat
mustahil merupakan kebalikan dari sifat wajib Allah. Misalnya, bila Allah wajib
bersifat Wujud, mustahil Allah bersifat ‘Adam. Allah wajib bersifat Qidam,
mustahil Allah bersifat Huduts. Sifat wajib Baqa’ kebalikannya sifat mustahil
Fana’. Mukhalafatu lil-hawaditsi kebalikannya Mumatsalatu lil-hawaditsi, dan
lain-lain. Adapun sifat-sifat mustahil Allah seluruhnya adalah sebagai berikut:
‘Adam, Huduts, Fana’, Mumatsalatu lil-hawaditsi, Qiayamuhu bighairihi, Ta’addud,
Ajzu, Karahah, Jahalah, Maut, Shummu, ‘Umyu, dan Bukmu.
Sifat-sifat ini tidak mungkin dimiliki oleh Allah karena semuanya menunjukkan
kelemahan. Sedangkan Allah adalah zat yang sempurna. Allah tidak mungkin
memiliki kelemahan.
B. Arti Sifat-sifat Mustahil Allah
Berikut ini adalah sifat-sifat mustahil allah.
1. Adam
Sifat mustahil Allah yang pertama adalah ‘Adam. ‘Adam artinya tidak ada.
Mustahil Allah tidak ada. Kalau Allah tidak ada, lalu siapa yang mampu
menciptakan alam dan seluruh isinya? Siapa yang dapat menggerakkan matahari,
bumi, bulan, dan planet-planet lain? Tidak mungkin alam semesta tiba-tiba ada
sendiri. Mustahil planet-planet itu dapat bergerak sendiri. Hanya Allah yang
mampu mengadakan bumi, air, gunung, pohon, udara, dan juga diri kita.
2. Huduts
Huduts artinya baru. Mustahil Allah itu baru. Allah adalah zat yang paling
dahulu ada. Tetapi keberadaan Allah tak ada permulaannya. Tidak seperti kita
yang dahulu tidak ada sekarang menjadi ada setelah diciptakan Allah melalui
kandungan ibu. Kita adalah makhluk yang baru. Sedangkan Allah bukan zat yang
baru. Tidak mungkin Allah bersifat baru karena Dia-lah sang Pencipta.
3. Fana’
Fana’ artinya binasa. Mustahil Allah bersifat binasa. Keberadaan Allah
tetap dan tidak akan berakhir. Sementara kita suatu saat akan binasa atau
meninggal. Binatang dan pepohonan akan mati. Alam dan seluruh isinya akan
hancur. Oleh karena itu, dunia ini biasanya disebut ‘alam fana’. Yaitu alam
yang suatu saat akan mengalami kehancuran. Kehancuran alam yang paling besar,
yaitu kelak pada hari kiamat. Saat itu hanya Allah saja yang tinggal. Karena
Allah tidak bersifat Fana’.
4. Mumatsalatu Lil-Hawaditsi
Mumatsalatu lil-hawaditsi artinya menyerupai semua makhluk. Allah tidak
mungkin mirip dengan makhluk ciptaan-Nya. Allah tidak boleh digambar atau
dibikin patung lalu disembah seolah-olah ia adalah Allah. Sebagai Pencipta,
Allah tidak mungkin mirip dengan benda hasil ciptaan-Nya. Misalnya, seorang
tukang kayu yang menciptakan bentuk kursi. Dia tentu tidak mirip dengan kursi
yang dibuatnya.
5. Qiyamuhu Bighairihi
Qiyamuhu bighairihi artinya bergantung kepada yang lain. Tidak mungkin
Allah tergantung kepada orang. Sedangkan patung yang dianggap tuhan oleh
orang-orang jahiliyah tidak mampu berbuat apa-apa. Patung sangat tergantung
kepada orang yang membuatnya. Oleh karena itu, manusia tidak layak menyembah
patung. Kalau kita menyembah atau beribadah kepada Allah, bukan demi keuntungan
Allah. Tetapi demi keuntungan kita sendiri agar mendapat ridha-Nya. Allah tetap
menjadi Tuhan walaupun seandainya manusia tidak ada yang mau menyembah-Nya.
Tetapi kalau kita tidak beribadah kepada Allah, kita sendiri yang akan merugi.
6. Ta’addud
Ta’addud artinya berbilang. Allah tidak berbilang. Allah itu Esa atau Tunggal.
Allah hanya satu dan tidak mungkin Allah ada bilangan-Nya. Misalnya, Allah
pertama, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya. Allah tidak mungkin berbilang seperti
itu karena hal itu hanya menunjukkankelemahan Allah. Karena Allah itu Maha kuasa
dan Mahakuat maka Dia tidak membutuhkan teman. Dia-lah satu-satunya Allah.
7. Ajzu
Ajzu artinya lemah. Tidak mungkin Allah bersifat lemah. Allah itu Mahakuat.
Buktinya Allah tidak membutuhkan teman untuk mengerjakan berbagai kehendak-Nya.
Kalau Allah lemah, tidak akan ada lagi yang mampu mengatur nafas kita, tidak
ada lagi yang mampu mengendalikan peredaran matahari, tidak ada lagi yang
menjaga peredaran planet-planet agar tidak saling bertabrakan. Tetapi ternyata
semuanya tetap baik-baik saja. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin
memiliki sifat lemah.
8. Karahah
Karahah artinya terpaksa. Mustahil Allah bersifat terpaksa. Tidak ada satu
pun yang mampu memaksa Allah. Kita memang disuruh rajin berdoa kepada Allah.
Apakah doa kita akan diterima atau ditolak, semua terserah Allah. Kita tidak
bisa memaksa Allah agar selalu mengabulkan doa kita. Kalau doa kita dikabulkan,
berarti Allah meridhai keinginan kita. Kalau doa kita belum dikabulkan, berarti
Allah telah mengetahui yang kita minta itu belum ada manfaatnya untuk kita.
9. Jahalah
Jahalah artinya bodoh. Mustahil Allah bersifat bodoh. Kalau Allah bodoh
tentu tak dapat menciptakan alam semesta. Kalau Allah bodoh, tentu semua
manusia tidak akan ada yang pintar. Nyatanya banyak manusia yang cerdas.
Manusia mampu menciptakan peralatan rumah tangga, elektronik, dan kendaraan.
Manusia juga mampu menciptakan bahasa dan mengarang buku yang berguna untuk
meningkatkan ilmu pengetahuannya. Kalau manusia saja mempunyai banyak
kecerdasan seperti ini, pasti kecerdasan Allah jauh lebih besar lagi.
Kecerdasan Allah tidak dapat dibandingkan dengan kecerdasan manusia. Allah
adalah Pencipta manusia termasuk otaknya yang menjadi alat kecerdasannya. Maka
tidak mungkin Allah memiliki sifat bodoh.
10. Maut
Maut artinya mati. Mustahil Allah mengalami mati. Kalau Allah mati, siapa
lagi yang bisa menghidupi kita? Allah yang menciptakan jantung sehingga kita
bisa bernafas. Allah juga yang menjaga detak jantung agar kita tetap bisa
bernafas walaupun sedang tidur. Allah adalah zat yang menghidupkan manusia dan
seluruh makhluk-Nya. Oleh karena itu Allah tidak mungkin mati.
11. Shummu
Shummu artinya tuli. Tidak mungkin Allah tuli. Allah yang menciptakan
telinga sehingga kita mampu mendengar suara. Allah menyuruh kita berdoa. Kalau
Allah tuli, lalu siapa yang akan mendengar doa kita? Siapa yang akan
mengabulkannya? Allah tidak mungkin tuli. Karena Allah menjadi tempat kita
mengadu dan meminta melalui doa dan berbagai ibadah lainnya.
12. Umyu
Umyu artinya buta. Tidak mungkin Allah tak melihat amal perbuatan kita
karena Dia-lah yang memerintahkan agar kita selalu berbuat baik. Allah selalu
mengawasi seluruh perbuatan kita. Kalau kita berbuat baik akan diberi pahala.
Kalau kita berbuat buruk akan dicatat sebagai dosa. Jadi, Allah tidak mungkin
buta.
13. Bukmu
Bukmu artinya bisu. Tidak mungkin Allah bisu. Allah menurunkan Al-Qur’an
pertama kali berupa perintah untuk membaca. Sekarang telah banyak orang yang
pintar membaca Al-Qur’an dan buku-buku bacaan lainnya. Sehingga mereka mampu
berpikir dan berkata-kata yang baik. Allah-lah yang memerintahkan kita agar
mampu melakukan ini semua. Mana mungkin Allah bisu. Al-Qur’an merupakan
perkataan atau firman Allah yang harus dipelajari terus. Agar kita menjadi
orang yang mampu berkata benar, berbuat baik, dan mampu mengenal Allah,
walaupun kita belum pernah melihat Allah secara langsung.
No comments:
Post a Comment